METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Menurut Poerwandari (2001), untuk mendapatkan pemahaman
yang mendalam dan khusus atas suatu fenomena serta untuk dapat memahami manusia
dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif, maka pendekatan
kualitatif merupakan metode yang paling sesuai untuk digunakan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian ini dilakukan dengan studi kasus yang bersifat intrinsik,
yaitu kasus yang diambil merupakan kasus yang menarik untuk diteliti. Menurut
Moleong (1998) studi kasus merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis
data berkenaan dengan studi kasus. Sesuatu dijadikan studi kasus biasanya karena
ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu
dijadikan kasus meskipun tidak ada masalah, melainkan karena keunggulan atau
keberhasilannya.
Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran
secara mendetail tentang latar belakang, sifatsifat serta karakter yang khas
dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas
tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Sedangkan menurut Moleong (2000) pendekatan kualitatif
adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan
dan lainlain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
B.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan pokok pembicaraan atau pokok
bahasan yang menjadikan bahasan utama pada penelitian ini.
C.
Tahap – Tahap Penelitian
Tahap persiapan dan pelaksanaan yang akan dilakukan dalam
penelitian, meliputi beberapa tahapan, yaitu :
1.
Tahap Persiapan Penelitian
Langkah
awal yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian ini.
Pedoman
wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya dapat
berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, sebelum
digunakan dalam wawancara dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang lebih
ahli atau significant other yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing,
peneliti melihat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri
untuk melakukan wawancara. Karena peneliti telah mendapatkan subjek,
selanjutnya peneliti membuat kesepakatan dengan subjek dan mengatur waktu serta
tempat pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang
telah dibuat.
Peneliti
juga perlu mempersiapkan tape recorder yang akan digunakan untuk merekam
jalannya wawancara agar semua informasi akurat tidak ada yang terlupakan.
2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melaksanakan wawancara,
peneliti perlu mengkonfirmasikan ulang pada para calon subjek penelitian untuk
memastikan kesediaan mereka dan membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat
pelaksanaan wawancara.
Dalam melaksanakan wawancara,
hal penting yang harus dilakukan sebelum memulai wawancara tersebut adalah
dengan membangun rapport yang baik.
Rapport sangat penting untuk membuat
subjek merasa nyaman dan bebas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan, sehingga informasi yang diberikan akan lengkap dan akurat. Rapport
juga merupakan usaha untuk ice breaking atau memecahkan kebekuan
atau kekakuan yang ada selama proses wawancara berlangsung.
Dalam melakukan wawancara,
peneliti berpatokan pada pedoman wawancara yang telah dibuat, serta merekam
hasil wawancara tersebut pada tape recorder yang telah disediakan.
Peneliti juga melakukan
observasi selama wawancara dengan memperhatikan dan mencatat tingkah laku
subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal lain yang
dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara dan observasi.
1.
Wawancara
Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan mengunakan alat.
(Banister dkk dalam Sugiyono, 2005).
Sedangkan menurut Poerwandari
(2001) adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Patton (dalam Poerwandari, 2001) membedakan wawancara pada tiga
pendekatan dasar, yaitu :
a.
Wawancara mendalam (indepth interviewing) Proses wawancara didasar
sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaanpertanyaan secara spontan dalam
interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumya dilakukan peneliti yang
melakukan observasi partisipatif.
b.
Wawancara dengan pedoman umum Dalam proses wawancara ini, peneliti
dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang
harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara ini
digunakan untuk mengingat peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas
sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist).
c.
Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka Pedoman wawancara ditulis
secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat.
Peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai konsekuensi yang
tercantum.
Menurut Guba dan Lincoln (dalam
Moleong, 2000) menyatakan bahwa ada dua jenis wawancara, yaitu :
a.
Wawancara oleh tim atau panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang,
tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai. Jika
cara ini digunakan, hendaknya pada awalnya sudah diminta kesepakatan dan
persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak keberatan diwawancarai oleh dua
orang. Di lain pihak, seseorang pewawancara dapat saja menghadapkan dua orang
atau lebih yang di wawancarai sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel.
b.
Wawancara tertutup dan wawancara terbuka
Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak menyadari bahwa
mereka sedang diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan wawancara. Sedangkan
wawancara terbuka biasanya subjek yang diwawancarai tahu bahwa mereka sedang
diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara.
c.
Wawancara riwayat secara lisan
Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah
atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial ,pembangunan, perdamaian dan
sebagainya. Maksud wawancara ini adalah mengungkapkan riwayat hidup dan
pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya dan lain-lain.
d.
Wawancara berstruktur
Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang
diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh interviewer.
e.
Wawancara tidak berstruktur
Wawancara tidak berstuktur lebih bersifat informal. Pertanyaan tentang
pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara jenis ini memang tampak luas dan
biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu
wawancara dilakukan. Serta subjek diberikan kebebasan menguraikan jawabannya
dan mengungkapkan pandangannya sesuka hati.
Dalam penelitian ini bentuk
wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur, karena pertanyaan
yang diberikan berisi tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang
keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek dan subjek
diberikan kebebasan menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya
sesuka hati.
2.
Observasi
Menurut Patton (dalam
Poerwandari, 2001) salah satu hal yang penting tetapi sering dilupakan dalam
observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Hasil observasi menjadi data
yang penting karena :
a.
Peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks yang
akan diteliti.
b.
Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah
secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan
untuk dipengaruhi berbagai konseptualisasi tentang topik yang diamati akan
berkurang.
c.
Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya
sering mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya,
observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian
sendiri kurang disadari.
d.
Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena
berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam
wawancara.
e.
Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh perspektif selektif individu
yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti
bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian
atai pihak-pihak lain.
f.
Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan pengamat akan
menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimanfaatkannya untuk memahami
fenomena yang diteliti.
Menurut Moleong (2000),
berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati,
observasi dapat dibedakan menjadi:
a.
Observasi partisipan
Pengamatan berperan serta melakukan dua peran sekaligus yaitu sebagai dan
sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya.
b.
Observasi non partisipan
Pengamat tidak berperan serta hanya melakukan fungsi yaitu mengadakan
pengamatan.
Dalam pengamatan ini peneliti
menggunakan bentuk observasi non partisipan dimana peneliti tidak mengamati
tingkah laku subjek dan tidak ikut aktif dalam kegiatan subjek, karena peneliti
hanya sebagai pengamat.
E.
Alat Bantu Pengumpul Data
Menurut Poerwandari (2001) peneliti sangat berperan dalam
seluruh proses penelitian mulai dari memilih topik, mendekati topik,
mengumpulkan data, analisis, interpretasi dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga instrumen sebagai alat bantu
untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, yaitu:
a.
Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang
digunakan peneliti berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan
tujuan penelitian dan teori yang terkait. Selain itu, pedoman juga berisi data
pribadi partisipan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stres yaitu faktor penyebab makro,
faktor penyebab mikro, frustrasi, konfilk, tekanan, kritis, kesehatan fisik.
Faktor yang mempengaruhi strategi coping yaitu keyakinan, kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan sosial, dukungan sosial, materi. Bentuk-bentuk
stres yaitu Eustress, distress, systematis stress, psychological stress dan
bentuk-bentuk coping stres yaitu problem-focused coping, emotionfocused
coping sekaligus menjadi daftar untuk memeriksa apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi stres tersebut telah dibahas atau ditanyakan (Poerwandari, 2001).
b.
Pedoman Observasi
Menurut Moleong (2000), pedoman
observasi yang digunakan dalam bentuk catatan lapangan. Catatan ini berupa
coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frase,
pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram,
dan lain-lain. Catatan ini berguna hanya sebagai alat perantara yaitu antara
apa yang dilihat dan didengar. Menurut Poerwandari (2001), pedoman observasi
yang digunakan dalambentuk catatan lapangan. Catatan lapangan yaitu berisi
deskripsi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang dianggap oleh peneliti
penting. Penulisan catatan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda, dan
catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap dan informatif. Kemudian peneliti
melakukan pencatatan secara kontinu dan menuliskan langsung saat melakukan
observasi di lapangan.
c.
Alat Perekam (Tape Recorder)
Alat perekam ini digunakan
untuk merekam semua pembicaraan. Penggunaan Tape Recorder dalam
wawancara dapat digunakan setelah peneliti mendapatkan izin dari subjek untuk
mempergunakannya (Sugiyono, 2005).
d.
Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk
menulis pada lembar observasi. Penggunaan alat tulis dalam wawancara dapat
digunakan pada saat wawancara berlangsung.
F.
Keabsahan dan Keakuratan Penelitian
Yin (1994) mengajukan empat kriteria keabsahan dan
keakuratan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif, yaitu:
1.
Keabsahan Konstruk (Construct Validity)
Keabsahan konstruk berkaitan
dengan kepastian bahwa yang terukur benar-benar merupakan variabel yang ingin
diukur. Keabsahan ini dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat.
Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (dalam
Patton, 2002) mengemukakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
untuk mencapai keabsahan, yaitu:
a.
Triangulasi Data (Data Triangulation)
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawncara,
hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang
dianggap mempunyai sudut pandang yang berbeda. Termasuk disini adalah wawancara
dengan orang-orang terdekat subjek (significant other).
b.
Triangulasi Pengamat (Investigator Triangulation)
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan
data. Pemanfaatan pengamatan lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data.
c.
Triangulasi Teori (Theory Triangulasi)
Yaitu penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah
dijelaskan pada bab II untuk digunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
d.
Triangulasi Metode (Methodological Triangulation)
Yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode
wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara
dilaksanakan.
2.
Keabsahan Internal (Internal Validity)
Keabsahan internal merupakan
konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian
menggambarkan keadaan sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses
analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian
kualitatif akan berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian
tersebut. Sehingga walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada
kemungkinan munculnya kesimpulan yang lain yang berbeda.
3.
Keabsahan eksternal (Exsternal Validity)
Keabsahan yang mengacu pada
seberapa jauh hasil penelitian dapat di generalisaikan pada kasus lain.
Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan akhir
yang pasti, penelitian kualitatif tetap dapat dikatakan memiliki keabsahan
eksternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang
sama.
4.
Keajegan (Reliability)
Keajegan merupakan konsep yang
mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama
apabila mengulang penelitian yang sama sekali lagi. Dalam penelitian
kualitatif, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh
hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang
sama. Hal ini menunjukkan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain
menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan
pengolahan data.
Untuk meningkatkan keajegan
diperlukan protokol penelitian yang jelas, seperti pedoman wawancara yang akan
membuat pertanyaan yang diajukan akan lebih terarah. Hal penting lainnya adalah
pertanyaan yang diajukan pada tiap subjek harus sama, dengan tujuan bila
peneliti ini diulang hasil yang keluar akan sama. Walaupun dalam penelitian ini
menggunakan wawancara tak terstruktur ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih
mendalam tentang subjek terlepas dari subjektivitas peneliti.
G.
Teknik Analisis Data
Menurut Marshall dan Rossman (dalam Desianty, 1995),
dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu
dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.
Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data
langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (in-depth interview),
yang mana data direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis lainnya.
Kemudian dibuatkan transkripnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk
rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim setelah selesai menemui subjek.
Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang, agar penulis mengerti benar data
atau hasil yang telah didapat.
2.
Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema Dan Pola Jawaban
Dalam tahap ini dibutuhkan
pengertian yang mendalam terhadap data perhatian yang penuh dan keterbukaan
terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan
kerangka teori dan pedoman wawancara peneliti menyusun sebuah kerangka awal
analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan
pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkrip wawancara dan
melakukan coding, melakukan data relevan dengan pokok pembicaraan. Data
yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau
dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Dalam penelitian ini, analisis
dilakukan pertama-tama terhadap masing-masing kasus. Peneliti menganalisis
hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh
responden. Data yang telah dikelompokkan tersebut oleh peneliti dicoba untuk
dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya.
Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan dan dinamika yang
terjadi tiap-tiap subjek.
Pada bagian kedua dari
analisis, peneliti melakukan analisis antar kasus. Tujuannya untuk menangkap
persamaan dan perbedaan antar subjek, menyimpulkan hal-hal umum dan memberi
perhatian pada hal-hal khusus yang ditemukan di antara subjek-subjek penelitian
dengan mengacu kepada teori dan permasalahan penelitian.
3.
Menguji Asumsi atau Permasalahan Yang Ada terhadap Data
Setelah kategori dan pola data
tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang
dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat
melalui analisis ditinjau kembali berasarkan landasan teori sehingga dapat
dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang
dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari
landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsepkonsep
dan faktor-faktor yang ada.
4.
Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data
Setelah kaitan antara kategori
dan pola data dengan asumsi terwujud penulis masuk ke dalam tahap penjelasan.
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah didapat dari kaitan tersebut, penulis
perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah
didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif
penjelasan yang lain. Dari hasil analisis ada kemungkinan terdapat hal-hal yang
menyimpang dari asumsi atau tidak terpikirkan sebelumnya. Dalam tahap ini akan
dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain.
Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian kesimpulan, diskusi dan saran.
5.
Menulis Hasil Penelitian
Penulisan analisis data
masingmasing subjek yang telah berhasil dikumpulkan, merupakan suatu hal yang
membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah
selesai. Dalam penelitian ini penulisan yang dipakai adalah presentasi data
yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara
mendalam dan observasi dengan tiap-tiap subjek. Proses dimulai dari datadata
yang telah diperoleh dari tiap dibaca berulang kali sampai penulis mengerti
benar permasalahannya lalu dianalisis secara perorangan, sehingga didapatkan
gambaran mengenai penghayatan pengalaman masing-masing subjek. Selanjutnya
dilakukan interpretasi secara keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian ini.
ANALISA & KESIMPULAN
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah wanita yang telah memasuki masa menopause dan memiliki kualitas hidup yang positif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancara tidak berstruktur dan observasi nonpartisipan. Sedangkan alat bantu pengumpulan data penelitian menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam dan alat tulis.
ANALISA & KESIMPULAN
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah wanita yang telah memasuki masa menopause dan memiliki kualitas hidup yang positif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancara tidak berstruktur dan observasi nonpartisipan. Sedangkan alat bantu pengumpulan data penelitian menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam dan alat tulis.
Sumber: http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10504128.pdf
0 komentar: