METODE PENELITIAN

00.30 0 Comments

A.              Pendekatan Penelitian
Menurut Poerwandari (2001), untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan khusus atas suatu fenomena serta untuk dapat memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif, maka pendekatan kualitatif merupakan metode yang paling sesuai untuk digunakan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan dengan studi kasus yang bersifat intrinsik, yaitu kasus yang diambil merupakan kasus yang menarik untuk diteliti. Menurut Moleong (1998) studi kasus merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan studi kasus. Sesuatu dijadikan studi kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijadikan kasus meskipun tidak ada masalah, melainkan karena keunggulan atau keberhasilannya.
Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifatsifat serta karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Sedangkan menurut Moleong (2000) pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan dan lainlain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

B.               Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan pokok pembicaraan atau pokok bahasan yang menjadikan bahasan utama pada penelitian ini. 

C.              Tahap – Tahap Penelitian
Tahap persiapan dan pelaksanaan yang akan dilakukan dalam penelitian, meliputi beberapa tahapan, yaitu :
1.        Tahap Persiapan Penelitian
Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian ini.
Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya dapat berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, sebelum digunakan dalam wawancara dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang lebih ahli atau significant other yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing, peneliti melihat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Karena peneliti telah mendapatkan subjek, selanjutnya peneliti membuat kesepakatan dengan subjek dan mengatur waktu serta tempat pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang telah dibuat.
Peneliti juga perlu mempersiapkan tape recorder yang akan digunakan untuk merekam jalannya wawancara agar semua informasi akurat tidak ada yang terlupakan.
2.        Tahap Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti perlu mengkonfirmasikan ulang pada para calon subjek penelitian untuk memastikan kesediaan mereka dan membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan wawancara.
Dalam melaksanakan wawancara, hal penting yang harus dilakukan sebelum memulai wawancara tersebut adalah dengan membangun rapport yang baik.
Rapport sangat penting untuk membuat subjek merasa nyaman dan bebas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, sehingga informasi yang diberikan akan lengkap dan akurat. Rapport juga merupakan usaha untuk ice breaking atau memecahkan kebekuan atau kekakuan yang ada selama proses wawancara berlangsung.
Dalam melakukan wawancara, peneliti berpatokan pada pedoman wawancara yang telah dibuat, serta merekam hasil wawancara tersebut pada tape recorder yang telah disediakan.
Peneliti juga melakukan observasi selama wawancara dengan memperhatikan dan mencatat tingkah laku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal lain yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

          D.               Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi.
1.        Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan mengunakan alat. (Banister dkk dalam Sugiyono, 2005).
Sedangkan menurut Poerwandari (2001) adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Patton (dalam Poerwandari, 2001) membedakan wawancara pada tiga pendekatan dasar, yaitu :
a.    Wawancara mendalam (indepth interviewing) Proses wawancara didasar sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaanpertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumya dilakukan peneliti yang melakukan observasi partisipatif.
b.    Wawancara dengan pedoman umum Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengingat peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist).
c.    Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka Pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai konsekuensi yang tercantum.
Menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2000) menyatakan bahwa ada dua jenis wawancara, yaitu :
a.    Wawancara oleh tim atau panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai. Jika cara ini digunakan, hendaknya pada awalnya sudah diminta kesepakatan dan persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak keberatan diwawancarai oleh dua orang. Di lain pihak, seseorang pewawancara dapat saja menghadapkan dua orang atau lebih yang di wawancarai sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel.
b.    Wawancara tertutup dan wawancara terbuka
Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan wawancara. Sedangkan wawancara terbuka biasanya subjek yang diwawancarai tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara.
c.    Wawancara riwayat secara lisan
Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial ,pembangunan, perdamaian dan sebagainya. Maksud wawancara ini adalah mengungkapkan riwayat hidup dan pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya dan lain-lain.
d.   Wawancara berstruktur
Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh interviewer.
e.    Wawancara tidak berstruktur
Wawancara tidak berstuktur lebih bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara jenis ini memang tampak luas dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu wawancara dilakukan. Serta subjek diberikan kebebasan menguraikan jawabannya dan mengungkapkan pandangannya sesuka hati.
Dalam penelitian ini bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur, karena pertanyaan yang diberikan berisi tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek dan subjek diberikan kebebasan menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya sesuka hati.
2.        Observasi
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) salah satu hal yang penting tetapi sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Hasil observasi menjadi data yang penting karena :
a.    Peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks yang akan diteliti.
b.    Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi berbagai konseptualisasi tentang topik yang diamati akan berkurang.
c.    Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya sering mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d.   Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e.    Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh perspektif selektif individu yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atai pihak-pihak lain.
f.     Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan pengamat akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimanfaatkannya untuk memahami fenomena yang diteliti.
Menurut Moleong (2000), berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi:
a.    Observasi partisipan
Pengamatan berperan serta melakukan dua peran sekaligus yaitu sebagai dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya.
b.    Observasi non partisipan
Pengamat tidak berperan serta hanya melakukan fungsi yaitu mengadakan pengamatan.
Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan bentuk observasi non partisipan dimana peneliti tidak mengamati tingkah laku subjek dan tidak ikut aktif dalam kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai pengamat.

          E.               Alat Bantu Pengumpul Data
Menurut Poerwandari (2001) peneliti sangat berperan dalam seluruh proses penelitian mulai dari memilih topik, mendekati topik, mengumpulkan data, analisis, interpretasi dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga instrumen sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, yaitu:
a.        Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan peneliti berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian dan teori yang terkait. Selain itu, pedoman juga berisi data pribadi partisipan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stres yaitu faktor penyebab makro, faktor penyebab mikro, frustrasi, konfilk, tekanan, kritis, kesehatan fisik. Faktor yang mempengaruhi strategi coping yaitu keyakinan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan sosial, dukungan sosial, materi. Bentuk-bentuk stres yaitu Eustress, distress, systematis stress, psychological stress dan bentuk-bentuk coping stres yaitu problem-focused coping, emotionfocused coping sekaligus menjadi daftar untuk memeriksa apakah faktor-faktor yang mempengaruhi stres tersebut telah dibahas atau ditanyakan (Poerwandari, 2001).
b.        Pedoman Observasi
Menurut Moleong (2000), pedoman observasi yang digunakan dalam bentuk catatan lapangan. Catatan ini berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, dan lain-lain. Catatan ini berguna hanya sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat dan didengar. Menurut Poerwandari (2001), pedoman observasi yang digunakan dalambentuk catatan lapangan. Catatan lapangan yaitu berisi deskripsi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang dianggap oleh peneliti penting. Penulisan catatan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda, dan catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap dan informatif. Kemudian peneliti melakukan pencatatan secara kontinu dan menuliskan langsung saat melakukan observasi di lapangan.
c.         Alat Perekam (Tape Recorder)
Alat perekam ini digunakan untuk merekam semua pembicaraan. Penggunaan Tape Recorder dalam wawancara dapat digunakan setelah peneliti mendapatkan izin dari subjek untuk mempergunakannya (Sugiyono, 2005).
d.        Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk menulis pada lembar observasi. Penggunaan alat tulis dalam wawancara dapat digunakan pada saat wawancara berlangsung.

          F.                Keabsahan dan Keakuratan Penelitian
Yin (1994) mengajukan empat kriteria keabsahan dan keakuratan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif, yaitu:
1.        Keabsahan Konstruk (Construct Validity)
Keabsahan konstruk berkaitan dengan kepastian bahwa yang terukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (dalam Patton, 2002) mengemukakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu:
a.    Triangulasi Data (Data Triangulation)
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawncara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap mempunyai sudut pandang yang berbeda. Termasuk disini adalah wawancara dengan orang-orang terdekat subjek (significant other).
b.    Triangulasi Pengamat (Investigator Triangulation)
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.
c.    Triangulasi Teori (Theory Triangulasi)
Yaitu penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk digunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
d.   Triangulasi Metode (Methodological Triangulation)
Yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilaksanakan.
2.        Keabsahan Internal (Internal Validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Sehingga walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan yang lain yang berbeda.
3.        Keabsahan eksternal (Exsternal Validity)
Keabsahan yang mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat di generalisaikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan akhir yang pasti, penelitian kualitatif tetap dapat dikatakan memiliki keabsahan eksternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
4.        Keajegan (Reliability)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama sekali lagi. Dalam penelitian kualitatif, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.
Untuk meningkatkan keajegan diperlukan protokol penelitian yang jelas, seperti pedoman wawancara yang akan membuat pertanyaan yang diajukan akan lebih terarah. Hal penting lainnya adalah pertanyaan yang diajukan pada tiap subjek harus sama, dengan tujuan bila peneliti ini diulang hasil yang keluar akan sama. Walaupun dalam penelitian ini menggunakan wawancara tak terstruktur ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang subjek terlepas dari subjektivitas peneliti.

G.              Teknik Analisis Data
Menurut Marshall dan Rossman (dalam Desianty, 1995), dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.        Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (in-depth interview), yang mana data direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkripnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim setelah selesai menemui subjek. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang, agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapat.
2.        Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema Dan Pola Jawaban
Dalam tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan coding, melakukan data relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Dalam penelitian ini, analisis dilakukan pertama-tama terhadap masing-masing kasus. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokkan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan dan dinamika yang terjadi tiap-tiap subjek.
Pada bagian kedua dari analisis, peneliti melakukan analisis antar kasus. Tujuannya untuk menangkap persamaan dan perbedaan antar subjek, menyimpulkan hal-hal umum dan memberi perhatian pada hal-hal khusus yang ditemukan di antara subjek-subjek penelitian dengan mengacu kepada teori dan permasalahan penelitian.
3.        Menguji Asumsi atau Permasalahan Yang Ada terhadap Data
Setelah kategori dan pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berasarkan landasan teori sehingga dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsepkonsep dan faktor-faktor yang ada.
4.        Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud penulis masuk ke dalam tahap penjelasan. Berdasarkan pada kesimpulan yang telah didapat dari kaitan tersebut, penulis perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terpikirkan sebelumnya. Dalam tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian kesimpulan, diskusi dan saran.
5.        Menulis Hasil Penelitian
Penulisan analisis data masingmasing subjek yang telah berhasil dikumpulkan, merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan tiap-tiap subjek. Proses dimulai dari datadata yang telah diperoleh dari tiap dibaca berulang kali sampai penulis mengerti benar permasalahannya lalu dianalisis secara perorangan, sehingga didapatkan gambaran mengenai penghayatan pengalaman masing-masing subjek. Selanjutnya dilakukan interpretasi secara keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian ini.


ANALISA & KESIMPULAN
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah wanita yang telah memasuki masa menopause dan memiliki kualitas hidup yang positif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancara tidak berstruktur dan observasi nonpartisipan. Sedangkan alat bantu pengumpulan data penelitian menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam dan alat tulis. 


Sumber: http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10504128.pdf

0 komentar: